Apakah Allah itu adil?

Assalamualaikum Wr. Wb.

Dear Ust or Ustdzah. Sebenarnya pertanyaan ini saya sendiri gak ngerti, apakah saya t'masuk orang yang bisa dibenarkan ataukah tidak.....

Begini Ust or Ustdzah. Dalam sebuah study filsafat, dikatakan bahwa (redaksinya kurang lebih seperti ini)"Adalah sebuah kebahagiaan jika sesuatu itu kembali pada asal kejadian semula ", hal ini dibuktikan dengan cerita yang sudah ada dalam alqur'an, yaitu saat orang kafir menginginkan tux kembali menjadi tanah saja, agar tak merasakan siksa neraka.

Namun yang jadi pertanyaan, syetan kan terbuat dari api, kalo' gitu enak dong... dia gak ngerasa sakit di dalam neraka... soalnya dia kan terbuat dari api, sementara nerakapun juga dari api...... lantas, berarti apakah tuhan itu adil?? harusnya syetan dimasukin dalam neraka yang gax t'buat dari api,, biar dia juga ngerasain pembalasan atasketidak patuhannya pada tuhan yang maha esa... Thank's b'4 Ust or Ustdzah atas jawabannya,, semoga Tuhan membalasnya.....

Fahira JL. Kertorejo Malang

Assalamu'alaikum w.w.

Pertanyaan anda tentang keadilan Alloh swt, menarik untuk di tanggapi. Rupanya anda tertarik atau bahkan sedang belajar di jurusan filsafat, kita sepakat bahwa bagian dari kajian filsafat adalah ingin mengungkap fenomena apa saja yang wujud di alam semesta ini dengan tolok ukur akal manusia. Dan para filosof berusaha mendapatkan jawaban tersebut dengan pertanyaan ma hia/what (apa?), limadza/why (kenapa?), kaifa/how (bagaimana?). Inilah yang disebut dengan pemikiran radikal (mengakar) dalam filsafat. Kalau metode seperti ini kemudian di arahkan untuk mengungkap dzat, sifat dan af'al Allah SWT, maka anda akan memasuki ruang dimana akal manusia sendiri mengakui akan keterbatasannya.

Akal Manusia yang sangat kita agungkan ini ternyata sangat terbatas. Ibarat computer, akal manusia itu adalah rangkaian dari processor, memory dan hardish. Dalam kiasan ini, informasi yang diperoleh oleh akal manusia adalah ibarat software yang diinstall-kan ke hardisk. Dalam hal ini, tentu akal tidak pernah mampu mengolah data informasi yang belum di program kepadanya. Program ini bisa berbentuk hasil kajian ilmu kedokteran, biologi dsb yang sudah melalui proses yang panjang, atau hasil penemuan purbakala (antropologi) yang handal, atau dari hasil kajian pakar dari referensi. Jadi otak dan akal manusia tidak akan pernah mampu menjawab partanyaan dan mengola data yang diluar program tersebut.

Dalam kehidupan Manusia ini banyak sekali realita yang diluar program. Sebagai contoh: tentang siapa manusia pertama, para pakar biologi, filosof, antopolog pun berbeda pandangan tentang masalah ini. Darwin pun berkhayal dengan teori evolusinya, yang berasumsi bahwa manusia itu berasal dari kera. Ada pula teori dari Jepang yang terkenal dengan teori alam dsb. Dan sampai sekarang tidak ada siapa pemenang dan yang paling benar diantara semua teori tersebut. Ini kasus pertama. Kasus kedua, tentang datangnya hari akhir (Qiyamah). Dalam persoalan ini juga akal sehat Manusia tidak akan pernah dapat menjawab sesuai tuntutan kajian Filsafat, karena Qiyamah adalah sesuatu yang belum terjadi (tidak dapat di ketahui kapan terjadi). Ketiga, sesuatu yang terjadi hanya sekali dalam kehidupan ini, seperti pada kelahiran Nabi Isa as. Buktinya, pengikut agama Nasrani pun berbeda pendapat dalam memahami dan menginterpretasikan tentang fenomena kelahiran Isa ini. Semua ini tentu membuktikan bahwa akal manusia itu bukan segala-galanya. Tapi ia, hanyalah bagian dari nikmat Allah swt yang di anugrahkan kepada mahluk yang bernama "Manusia".

Sebetulnya Allah telah memberi jalan penyelesaian untuk menembus keterbatasan akal manusia ini, sehingga mereka akan dapat memahami dan mengaplikasikan segala fenomena alam sekitar dengan otaknya. Jalan keluar tersebut adalah berupa informasi akurat yang telah di sampaikan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW yang berupa al-Qur'an. Inilah yang disebut dengan wahyu –dalam istilah agama dan filsafat. Wahyu dalam hal ini merupakan "way to out" yang handal, yang akan dapat menyelesaikan keterbatasan akal manusia dalam menganalisis secara radikal tentang berbagai fenomena yang ada di alam semesta ini. Wahyu pun mengatakan, bahwa manusia pertama yang diciptakan Alloh adalah Nabi Adam. Beliau adalah sosok manusia yang utuh, berbicara berpikir, hidup berkeluarga bahkan berani berkompetisi dengan Malaikat Alloh, tidak perlu evolusi spt Darwin dsb, seperti firman Allah:
وعلم آدم الأسماء كلها ثم عرضهم على الملائكة فقال أنبئوني بأسماء هؤلاء إن كنتم صادقين.

Tentang kejadian dan kelahiran Nabi Isa as, Al-Quran telah menjelaskan dengan sangat rinci. Dalan surah Ali Imron, Allah menerangkan asal usul keluarga Maryam (ibu kandung Nabi Isa). Beliau adalah putri dari keluarga Imron. dalam surah Maryam dijelaskan proses kehamilan, kelahiran dan jawaban Nabi Isa yang masih berupa orok terhadap tuduhan2 kaumnya yang mengatakan bahwa ibunya telah melakukan perzinaan.

Walhasil, kita sebagai kaum Muslim sepatutnya dapat menempatkan diri pada proporsi kita yang sebenarnya. Artinya, kita sebagai manusia adalah mahluk Allah, yang diciptakan dan ditundukkan. Sedangkan Allah adalah Khaliq, yang menciptakan dan menguasai. Karena itu, relasi khaliq dan makhluk ini harus kita fahami bukan semata-mata dengan cara dan pendekatan "kita" sebagai makhluk, tapi juga pendekatan "Dia" sebagai khalik. Artinya, walaupun kita diberi karunia yang begitu besar oleh Allah dengan akal fikiran dan otak yang sehat, tapi kita juga tidak boleh takabbur (sok) dengan karunia ini. Bahkan kadang sampai melupakan "Dia" sebagai pihak yang memberi. Sehingga, semua ini harus kita sadari, dengan menempatkan masing-masing sesuai proporsinya berlandaskan keimanan. Walhasil, otok dan akal manusia tidak akan dapat menjangkau wilayah transenden yang menjadi hak preoregatif Allah, sehebat apapun kita sebagai manusia, walaupun sudah sekolah sampai S-4. Inilah jawaban dari santri salaf.

Kunjungi Juga ke WWW.salafiyah.org

File yang Berhubungan



0 komentar:

Posting Komentar